banner 728x250.

Berau Cocoa Bina 538 Petani Kakao, Targetkan Kemandirian Ekonomi Lewat Ekspansi Kebun

banner 728x250. banner 728x250.
📝 Program Berau Cocoa yang diinisiasi PT Berau Coal sejak 2010 kini membina 538 petani dengan cakupan kebun seluas 640 hektare. Tak sekadar meningkatkan produksi, inisiatif ini menargetkan kemandirian ekonomi petani melalui ekspansi dan ekosistem pertanian kakao berkelanjutan yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Dilihat: 942 kali

BERAU, Global-satu.com – Berau Cocoa yang digagas oleh PT Berau Coal sejak 2010 terus menunjukkan kontribusi nyata terhadap penguatan ekonomi masyarakat lokal. Dengan 538 petani binaan dan luas kebun mencapai 640 hektare, inisiatif ini perlahan membangun pondasi kemandirian ekonomi di Kabupaten Berau melalui komoditas kakao.

Muhammad Masyhuri, Social Enterprise Kebun Kakao, menjelaskan bahwa pembinaan kepada petani dilakukan secara menyeluruh, mulai dari penyediaan bibit unggul, teknik penanaman, perawatan, hingga pasca panen. Ia menegaskan, misi dari program ini bukan sekadar meningkatkan hasil panen, melainkan menciptakan ekosistem pertanian berkelanjutan yang berdampak langsung pada kesejahteraan petani.

“Awalnya kami fokus membina petani dari dasar, mulai dari pembinaan bibit unggul, pengelolaan yang baik, hingga pasca panen. Sekarang kami sedang merancang ekspansi, tentu dengan harapan ada dukungan dari semua pihak agar bisa berkembang lebih baik,” ujar Masyhuri kepada Global-satu.com, Rabu (16/7/2025).

Lebih lanjut ia menyebutkan, tingkat produksi kakao yang dihasilkan berkisar antara 1 hingga 2 ton per hektare setiap tahun. Meski panen dapat dilakukan setiap minggu, jumlah tersebut merupakan akumulasi tahunan. Saat ini pihaknya juga tengah berupaya meningkatkan produktivitas melalui perbaikan sistem dan pendampingan yang lebih intensif.

Dalam hal pemasaran hasil panen, Berau Cocoa turut menjamin keberlanjutan ekonomi petani dengan melakukan pembelian langsung dari mereka. Harga kakao yang dibeli pun menyesuaikan standar pasar baik domestik maupun internasional, berdasarkan grade biji yang dihasilkan.

“Kami langsung beli ke petani. Harga yang kami terapkan menyesuaikan dengan kurs yang berlaku dan tentunya berdasarkan kualitas biji kakao. Kalau gradenya bagus, harganya juga bagus,” jelas Masyhuri.

Saat ini, harga beli biji kakao basah dari petani ditetapkan sekitar Rp30 ribu per kilogram, sedangkan biji kering berkisar antara Rp90 ribu hingga Rp100 ribu per kilogram, tergantung dari kualitas dan tingkat kekeringannya.

Dengan prospek yang terus membaik, Masyhuri berharap Berau Cocoa tak hanya menjadi motor penggerak ekonomi petani, tetapi juga model pembangunan berbasis komoditas unggulan. Menurutnya, sinergi antara perusahaan, petani, dan pemerintah adalah kunci keberhasilan untuk mewujudkan kemandirian ekonomi Berau ke depan.

 

Indra/Rdk