BERAU, Global-satu.com β Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, menegaskan pentingnya peran orang tua, khususnya ibu rumah tangga, dalam membangun literasi digital anak di tengah pesatnya perkembangan teknologi.
Hal tersebut ia sampaikan secara virtual dalam kegiatan Peningkatan Kapasitas Pengguna Riset dan Inovasi Masyarakat (PKPRIM) yang diselenggarakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Hotel Bumi Segah, Kamis (27/11/2025).
Dalam paparannya, Hetifah menjelaskan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 202 juta pengguna aktif media sosial, dengan perempuan usia 18β24 tahun sebagai kelompok pengguna terbesar di berbagai platform seperti Instagram, YouTube, dan WhatsApp.

Menurutnya, besarnya angka tersebut harus disertai kesadaran baru bahwa orang tua kini dituntut memiliki kemampuan digital yang memadai.
βPerempuan adalah pengguna media sosial terbesar sekaligus guru pertama bagi anak di rumah. Karena itu, literasi digital bagi orang tua bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan,β ujarnya.
Hetifah juga menyoroti tingginya intensitas penggunaan internet masyarakat Indonesia yang mencapai hampir 9 jam per hari, termasuk lebih dari 5 jam untuk media sosial. Kondisi tersebut turut meningkatkan risiko paparan anak terhadap berbagai ancaman digital seperti hoaks, perundungan daring, penipuan online, ujaran kebencian, hingga konten pornografi. Ia mengatakan bahwa kekerasan berbasis gender online juga terus meningkat, dengan 480 kasus tercatat pada akhir 2024 oleh Komnas Perempuan, meski angka sebenarnya diyakini jauh lebih besar karena banyak korban memilih tidak melapor.
“Anak-anak kita bisa melakukan apa saja demi viral. Mereka rentan dieksploitasi secara online. Orang tua harus memahami dunia digital agar dapat melindungi mereka,β tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Hetifah juga menyinggung potensi digital Kalimantan Timur yang dinilai sebagai salah satu terbaik di luar Pulau Jawa, didukung oleh kepemilikan perangkat digital yang tinggi serta percepatan infrastruktur telekomunikasi.

Meski begitu, ia mengingatkan bahwa kemajuan tersebut harus dibarengi dengan literasi digital yang kuat agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi keluarga maupun masyarakat. Menurutnya, literasi yang baik akan menjadi benteng utama menghadapi tantangan era digital.
Ia kemudian mengajak para orang tua untuk menjadi teladan dalam penggunaan media digital. Mulai dari memahami privasi, tidak melakukan oversharing, mengenalkan etika berinternet, hingga membimbing anak menciptakan konten positif. Hetifah juga memperkenalkan sejumlah platform edukasi digital ramah anak serta mencontohkan bentuk konten positif seperti promosi produk lokal, berbagi informasi bermanfaat, hingga kegiatan literasi membaca.
Di akhir penyampaiannya, Hetifah memberikan apresiasi kepada BRIN atas upaya menghadirkan program berbasis riset yang mampu meningkatkan kapasitas masyarakat daerah, termasuk di Berau. Ia menilai sinergi antara pemerintah, lembaga riset, dan masyarakat akan menjadi kunci dalam menciptakan ruang digital yang aman dan produktif bagi generasi muda.

Kegiatan yang berlangsung sejak pukul 12.00 tersebut ditutup dengan sesi tanya jawab. Para peserta, terutama ibu rumah tangga, tampak antusias berdiskusi terkait tantangan mendampingi anak di dunia digital serta cara menanamkan kebiasaan literasi sejak usia dini.
Indra/Rdk
.
.
.




